Kenapa ga boleh asal sembarang share tentang Gempa?!

Ini beberapa hal terkait pengalaman penulis, pengalaman penulis tentang pengalaman orang lain dan pengalaman orang lain yang pernah penulis baca...

Kita mulai yah,

Alkisah *hehe

Seorang pemerhati gempa (lulusan S2 Ilmu Kebumian ITB) bernama pak Didik W., yang demen sekali memperhatikan gempa-gempa yang terjadi di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Saat gempa terjadi Lombok, 5 Agustus 2018 sebesar 7 SR beliau sudah menyampaikan bahwa energi relaksasi sisa dari Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust) masih tersisa 6,9 SR, artinya masih besar, kepanikan terjadi di masyarakat Lombok...

Sumber: Kompas.com

Apa yang terjadi? Panik, saat itu gempa besar sudah terjadi 3 kali; 6,4 Magnitudo dengan kedalaman 13 km pada tanggal 29 Juli 2018 hari Minggu pagi; 7,0 Magnitudo dengan kedalaman 15 km pada tanggal 5 Agustus 2018 hari Minggu malam; 5,9 Magnitudo dengan kedalaman 14 km pada tanggal 9 Agustus 2018 hari Kamis siang. Dengan adanya berita seperti itu, masyarakat awam, dengan panik menanyakan hal tersebut, benar/ tidak? Lalu kemudian disampaikan bahwa prediksi tersebut tanpa landasan teori dan analisa yang jelas. Maka diharapkan masyarakat hanya berpegang kepada BMKG yang lebih dapat dipercaya.

Lalu kemudian warga mulai tenang.

Sampai pada 10 hari kemudian gempa baru muncul kembali, dengan region berbeda, menjadi gempa utama kedua setelah gempa 5 Agustus 2018.

Gempa 6,2 Magnitudo sebagai pembuka dihari Minggu, 19 Agustus 2018

dan, Gempa Utama 6,9 Magnitudo di malam hari 19 Agustus 2018

Lalu apa yang terjadi di masyarakat, adalah kepanikan luar biasa, lelah, stress dan trauma dan tidak tahu siapa yang harus dipercaya, lalu masyarakat sudah tidak bisa 100% mempercayai BMKG dan BNPB mulai mencari referensi lain terkait informasi prediksi gempa. Lalu mulailah, informasi terkait gempa Megathrust dengan potensi 9,0 disebarkan dari mulut ke mulut dengan kepanikan yang hanya dapat dijelaskan oleh masih-masing pendengar. 

Sudah kepanikan gempa multiplet, kemudian masyarakat mulai panik dengan gempa Megathrust. 

Sudah panik dengan 5x gempa darat, lalu panik juga dengan ancaman gempa 9M di selatan Lombok.

Begitulah kepanikan terjadi atas sebuah kalimat. Saya meyakini bahwa pak Didik sedang melakukan penelitian pribadi dan menjawab pertanyaan yang disampaikan, dimana masyarakat Lombok yang butuh informasi menemukan postingannya. Efeknya sampai dengan pak Didik harus takedown tulisan dan meminta maaf atas postingannya yang membuat resah setelah dihubungi pihak BMKG. Masuk berita? Masuk ya, begitulah kehebohan saat gempa dahulu.

Mari kita bahas tentang gempa.

Jika ingin bicara gempa, mohon agar dapat membahas tentang bahasan para ahli. Selain membahas gempa, yaitu potensinya penting juga membahas mitigasi bencana gempa bumi yang bisa dilakukan.

Peta Patahan Aktif Indonesia dapat dilihat disini, untuk mudahnya peta potensi Megathrust bisa dilihat di gambar dibawah ini:


Dengan tidak benar-benar memahami apa yang kita hadapi, maka langkah antisipasi yang bisa dilakukan akan berbeda. Memahami bahwa ada potensi, tapi tidak belajar mitigasi hanya akan menimbulkan kepanikan. Memahami potensi dan hanya paham mitigasi sekedarnya hanya akan memberikan ketenangan namun tidak ada pembelajaran untuk meminimalkan dampak kerusakan gempa yang dapat saja terjadi.

Dengan memahami potensi gempa, maka kita bisa memahami seberapa besar ancaman bahaya gempa yang mungkin saja dapat terjadi. 

Masyarakat yang teredukasi namun tidak berpikir bijak apalagi masyarakat yang kurang dan bahkan tidak teredukasi dan tidak mampu berpikir bijak akan menimbulkan kondisi yang tidak kondusif. Pemberitaan penting sekali hanya bersumber dari pihak-pihak berwenang dan relevan. Di Indonesia hanya BMKG dan BNPB dahulu.

Tahun 2021 lalu, setelah terjadinya gempa di laut Selatan Jawa Barat, masyarakat pulau Jawa mulai mengenal potensi gempa dan guncangan gempa yang bisa dirasakan minimal seperti ada truk lewat. Dengan mulau adanya gempa besar yang bisa menjadi tanda awal bahwa Sesar Mega yang berada di selatan Jawa sudah mulai aktif. 

Beberapa kutipan dari pak Daryono dari BMKG di DetikNews yang bisa saya cantumkan disini antaralain:

"Gempa kuat dan tsunami adalah proses alam yang tidak dapat dihentikan, bahkan memprediksi kapan terjadinya pun juga belum bisa. Namun, dalam ketidakpastian kapan terjadinya itu, kita masih dapat menyiapkan upaya mitigasi konkret,"

"Mitigasi konkret antara lain membangun bangunan tahan gempa, memodelkan bahaya gempa dan tsunami, kemudian menjadikan model ini sebagai acuan mitigasi, seperti perencanaan wilayah berbasis risiko gempa dan tsunami. Mitigasi yang diperlukan juga dan penting berupa penyiapan jalur evakuasi, memasang rambu evakuasi, membangun tempat evakuasi, berlatih evakuasi/drill secara berkala, termasuk edukasi evakuasi mandiri di samping itu BMKG juga akan terus meningkatkan performa peringatan dini tsunami lebih cepat dan akurat."

Dari kutipan di atas kita bisa belajar terkait mitigasi. Mitigasi merupakan hal dasar yang diajarkan kepadamasyarakat di negara-negara maju untuk memimimalkan bahaya yang mungkin saja terjadi.

Hal-hal berikut:

  • Hal pertama adalah memahami seperti apa bangunan tahan gempa, lalu memeriksa seperti apa ketahanan bangunan yang kita tempati, tidak untuk menakut-nakuti namun setidaknya kita paham, dari ketahanan bangunan dan potensi gempa yang bisa saja muncul kapan saja, seberapa besar bahaya yang muncul dari bangunan yang kita tempati
  • Lingkungan Sekitar, hal selanjutnya adalah mengetahui kondisi lingkungan sekitar, jika bangunan yang kita tempati tahan gempa belum tentu bangunan sekitarnya tahan dengan gempa, ada kala kepanikan saat gempa terjadi dan kita sedang berada dekat bangunan lain sekitar, maka hal-hal itupun bisa membahayakan. Tiang listrik beserta kabel termasuk salah satu yang berbahaya.
  • Tentukan jalur evakuasi di tempat anda tinggal jika terjadi gempa besar, bersama-sama dimulai dari diri dan keluarga memahami jalur evakuasi mulai dari keluar dari bangunan yang ditempati sampai dengan lokasi evakuasi jika terjadi gempa yang menyebabkan tsunami, tinggi minimal bukit/ rumah/ bangunan yang aman untuk evakuasi adalah kurang lebih 20 meter, untuk mengetahui bangunan bisa ditanya atau survei, untuk bukit bisa cek ketinggian dataran dari google earth
  • Saya pernah membaca bahwa jarak paling aman lokasi kita dari laut jika terjadi gempa tsunami adalah 5km, itupun kita tarik garis lurus di peta yaaa, kalo deket gimana?! jauhi lautan jika ada tanda bahaya tsunami. Saya pernah membaca juga aturan 20:20:20, jika terjadi gempa lebih dari 20 detik, maka hanya ada waktu 20 menit untuk menjauh ke bangunan/ dataran tinggi dengan ketinggian minimal 20 meter
  • Kita juga bisa mengenali potensi likuifaksi dan vs30 dari tempat tinggal, "likuifaksi adalah perubahan material yang padat (solid), dalam hal ini berupa endapan sedimen atau tanah sedimen, menjadi seperi cairan (liquid). Dr. Imam menjelaskan, fenomena likuifaksi sebenarnya hanya bisa terjadi pada tanah yang jenuh air (saturated). Ketika ada gempa bumi yang menghasilkan gaya guncangan yang sangat kuat dan tiba-tiba, tekanan air pori naik seketika hingga terkadang melebihi kekuatan gesek tanah tersebut. Proses inilah yang menyebabkan terjadinya likuifaksi dan material pasir penyusun tanah menjadi seakan melayang di antara air. Menurut Dr. Imam, jika posisi tanah berada di suatu kemiringan, tanah dapat ‘bergerak’ ke bagian bawah lereng sehingga benda-benda di atasnya, seperti rumah, tiang listrik, pohon, dan lain-lain ikut terbawa." (sumber) dan pengertian "Vs30 adalah kecepatan gelombang geser hingga pada kedalaman 30 meter dari permukaan tanah. Nilai Vs30 dipergunakan dalam menentukan standar bangunan tahan gempa dan digunakan untuk penentuan klasifikasi batuan berdasarkan kekuatan getaran dari gempabumi akibat efek lokal." (sumber) Mengetahui dua hal ini akan memberikan saya jawaban mengapa beberapa rumah di perumahan saya rusak berat dan beberapa lainnya rusak ringan padahal berada dalam satu lokasi yang sama.
  • Memastikan bahwa berita yang disampaikan berasal dari sumber yang relevan. Pada saat gempa besar terjadi BMKG dengan segala daya dan upaya akan memberikan informasi dalam 5 menit, itu sebabnya banyak sekali gempa besar direvisi besaran magnitudonya setelah beberapa saat. Hal pertama yang dilakukan BMKG adalah menentukan episenter gempa lalu kemudian menentukan potensi tsunami sebagai alarm dini bagi masyarakat dalam penyelamatan diri.
Sebelum melanjutkan postingan saya meminta maaf dahulu jika saya harus membahas hal sensitif yang pernah terjadi antara saya dengan satu pihak yang menyampaikan potensi gempa megathrust 9M dengan sebutan gempa susulan. Bahasa yang digunakan juga sepertinya tidak sesuai dengan menuliskan kesimpulan bahwa tsunami yang mungkin terjadi dapat mencapai 20-30 meter yang dapat "menutupi" jakarta "sampai " jawa barat. Sebagai pembelajaran, karna siapapun punya kelemahan terhadap hal-hal yang tidak diketahui. Hal pertama yang harus saya sampaikan adalah mari melihat kenyataan bahwa saya dan pihak tersebut adalah masyarakat yang terpelajar, dalam hal ini dibutuhkan hati yang lapang untuk saling memahami potensi kepanikan yang disebabkan dari salah pemberitaan.

Potensi gempa megathrust pada kenyataannya memang ada dan akan selalu berulang sesuai kurun waktu perhitungan para ahli, hal ini terjadi dikarenakan lempengan bumi selalu bergerak, lambat laun gesekan antara dua lempeng yang saling mengunci akan membutuhkan relaksasi, pelepasan, agar bisa bergerak lagi, saat saling mengunci, kuncian lempeng akan menyimpan energi, yang saat sudah maksimal akan dilepaskan, dan terjadilah gempabumi.

Berdoa bahwa gempa tidak akan terjadi tidak sesuai Qadarullah, karna jika kembali pada pelajaran IPA di sekolah, kita mulai paham, yang kita pelajari di buku pelajaran bukan teori semata, maka berdoa kepada Allah agar dihindarkan dari marabahaya yang mungkin saja menimpa kita akan lebih tepat.

Lalu menyebut gempa 9SR adalah susulan juga tidak tepat, melihat dari gambar sesar aktif megathrust yang sudah dibagikan di atas jelas disebutkan potensi gempa adalah sebesar 8,7 SR sampai dengan 9 SR, maksimal 9 SR yang dapat terjadi adalah angka minimal dari yang dipetakan 8,7 SR, gempa susulan biasanya merupakan sisa energi relaksasi dari gempa besar utamanya, besaran gempa akan mirip namun seharusnya lebih kecil, jika lebih besar artinya gempa dengan kekuatan terbesar adalah yang utama, selain itu hanya pembuka dan susulan. Menyebutkan gempa 9SR adalah susulan adalah salah, sebab besaran potensi adalah keseluruhan energi, jika sudah terjadi gempa besar dan susulan signifikan (terasa) maka energi 9SR makin berkurang. Hal tersebut yang dipahami oleh penyintas gempa Lombok 2018 lalu bahwa butuh berkali-kali pelepasan energi dalam bentuk gempa besar dan ribuan susulan signifikan dan kecil untuk menghabiskan energi yang sudah disimpan bertahun-tahun lamanya. Satu contoh bahwa gempa Palu 7,7SR yang direvisi menjadi 7,4SR adalah gempa yang merelaksasi hampir keseluruhan energinya, dengan jumlah susulan lebih sedikit dibandingkan gempa Lombok. Hmmmm.... Merinding... Masya Allah.... 

Besaran angka kekuatan gempa yang akan menghasilkan kerusakan parah, jangan ditakuti, dan jangan sampai membuat panik, apalagi menyimpulkan "jakarta tenggelam hingga jawa barat", penggunaan kalimat yang salah memberikan pengertian yang salah, gempa yang terjadi adalah pada pesisir selatan, getaran simulasi pada 9SR dapat menimbulkan tsunami 20-30 meter yang sampai pada pantai selatan Jawa Barat, sedangkan di Jakarta yang berada di utara bisa saja terjadi tsunami dengan ketinggian 1-2 meter, namun dengan melihat turunnya ketinggian daratan Jakarta memungkinkan besar kerusakan tsunami yang terjadi di pesisir Jakarta lebih dari simulasi yang dilakukan. Perbaikan kalimat diperlukan agar tidak terjadi kericuhan, menyebutkan "Jakarta hingga Jawa Barat" memberikan penafsiran bahwa seluruh Jakarta akan terkena dampak dimana dapat juga ditafsirkan tsunami yang terjadi adalah air meluap dari pesisir utara Jawa yaitu Jakarta sampai daerah Bodetabek yang termasuk daerah Jawa Barat. 

Kenapa hal ini jadi penting, sampai-sampai tulisan kali ini sungguh panjang, mari saya runut pikiran saya:
  • Mengembalikan ilmu kepada ahli adalah keutamaan, dan saya sama sekali bukan ahli dalam bidang ini.
  • Kepanikan bisa saja terjadi pada para penyintas gempabumi, mohon tidak menyebut kita sebagai penyintas jika hanya merasakan MMI (kuat getaran gempa) yang lebih lemah dihadapan penyintas yang berada lebih dekat atau persis di titik gempa, kekalutan yang terjadi, kerusakan yang dialami dan kepanikan yang ditakuti akan lebih besar. Bersyukur jika rumah tinggal anda tidak mengalami kerusakan, tidak perlu mengungsi atau bahkan kehilangan sanak saudara.
  • Trauma pada penyintas gempabumi benar-benar bisa terjadi, apalagi dengan banyaknya gempa susulan signifikan yang terasa. Adanya berita simpangsiur dengan kalimat yang salah akan memberikan efek yang berlebih pada penyintas di lokasi titik gempa. Hormati mereka dengan menjaga apa yang ingin anda sampaikan
  • Kepanikan, ketakutan dan penjarahan saling berkaitan. Panic Buying atau Penjarahan bisa saja terjadi, dan sangat mungkin terjadi. Saya sebagai penyintas gempa Lombok merasakan kok kejahatan masyarakat di hari pertama sampai dengan 3 bulan kemudian terkait gempa ini, ada yang melakukan kejahatan? di pengungsian? kepada korban? -----banyak. Hal ini juga terjadi pada gempa Jogja dan Palu, hal tersebut disampaikan langsung oleh kawan-kawan saya yang turut menjadi korban pada gempa tersebut. 
  • Dengan adanya panik, maka masyarakat pada saat gempa terjadi bisa saja belum sempat melakukan pengamanan harta dan barang benda berharga milik mereka, ketika gempa sangat mungkin perampokan terjadi saat masyarakat pergi mengungsi ke dataran tinggi. Bagaimana jika yang membaca pesan atau postingan anda adalah orang-orang dengan pendidikan rendah? Apakah anda bisa mengira-ngira seperti apa tindakan yang mereka lakukan?
  • Maka bijaklah dalam menyampaikan berita atau kesimpulan, simpan dulu atau pastikan sesuatu benar-benar sesuai, atau tahan untuk menyampaikan hal yang bukan kita ketahui. Lebih baik, repost kutipan dari ahli, tanpa tambahan diluar pengetahuan kita.
Sekian,
Panjang juga jadinya, masya Allah...
Semangat-semangat....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Operasi FAM

Belajar ...

Satu Buku yang Harus kamu baca Sebelum 2021 Berakhir!