Operasi FAM

Assalamu’alaikum

Lama tak bersua, nulis di blog...
Alhamdulillah, semoga saya dan yang membaca sehat selalu, aamiin yaa Robbal ‘aalaamiin
Alhamdulillah pula, kali ini mau berbagi terkait event yang terjadi di hidup saya.
Pertama, dan mudah-mudahan terkhir

Operasi FAM
Selama ini sebenernya ga akan nyangka akan mengalami operasi FAM dalam hidup. Sebagai perempuan, pastinya! Tidak akan mau menghadapi moment seperti ini. Yekan dear...

Tulisan ini sengaja dibuat untuk nambah semangat bagi yang merasa masih ragu, galau dan maju-mundur untuk naik meja operasi. Anggap saja saya termotivasi untuk operasi setelah membaca beberapa tulisan di blog orang lain dan saya membalas budi dengan menulis untuk kalian, semoga bermanfaat.

Yuuukkk...
Bismillah....

FAM
Kalo bicara tentang FAM, kalian yang merasa ada keanehan pada payudara pasti akan was was dan bisa jadi panik ketika tahu bahwa ada yang aneh di payudara akan berfikir itu kalo ndak TUMOR yaaa KANKER.

Maka yuk kita kenalan dengan FAM 

Fibroadenoma, atau fibroadenoma mammae (FAM), adalah salah satu jenis tumor jinak yang paling umum terjadi pada payudara. Fibroadenoma berbentuk bulat dengan batas tegas dan memiliki konsistensi kenyal dengan permukaan yang halus, serta ukurannya dapat membesar pada masa kehamilan. Tumor jinak ini biasanya tidak terasa sakit dan mudah bergeser saat disentuh. Penderita fibroadenoma kebanyakan adalah wanita berusia antara 15-35 tahun.

See,
Ga semua benjolan itu ganas, namun baiknya kita aware untuk periksa ke dokter terkait hal ini.
FAM disebut tumor, namun masih dalam skala jinak sehingga hanya butuh periksa, tindakan operasi jika diperlukan dan check up.

Untuk kasus saya, FAM terdeteksi sejak tahun 2008 namun baru operasi 2018, namun terkendala gempa Lombok 2018 dan ketidaksiapan hati sehingga saya baru operasi pada 2019. 

Lama banget!
Iya!
Saya yg nakal dan salah...
Saat 2008 saya hanya dipesankan untuk check up per 6 bulan sekali.
Hasil USG nya ada biji kelereng di dada saya. Jelas, dan mobile (bisa berpindah, tidak nemplok kayak kerak)

Alhamdulillah saya hanya megalami tumor jinak tersebut. 10 tahun terlewati tanpa check up walaupun sebenernya tumor itu mulai ganggu tiap kali kelelahan dan bawa barang berat, serasa ditarik, ada yang sama?!

Sampai tahun 2018, seusai Lebaran, kelelahan saya sudah tidak bisa ditolerir oleh badan, bengkak lah payudara sehingga saya panik dan langsung periksa pada Spesialis Bedah Onkologi (Dr. Wahyu Nur Setiawan, SP Bedah Onkologi) di RSUP NTB. Periksa payudara melalui USG dan jawaban dokter saat itu hanya satu, "tidak apa apa!" lalu dilanjutkan dengan pelan dan halus oleh dokter, "tunggu sampai mbak Ismar siap, kita operasi yaaaa...".

Shock?!
Iya, saya tidak pernah opname sebelumnya, walaupun punya riwayat sakit banyak, tidak penah operasi ataupun harus disuntik jarum infus. Ini kali pertama saya.
Hari itu saya hanya berusaha menenangkan diri. Ke rumah sahabat yang orang kesehatan juga. Dia berkata, "coba tunggu dulu, kalo memang yakin, operasi aja, tapi kalo belum siapin hati dah!"

Cukup cepat saya merasa siap, lebih baik segera, dan akhirnya siap operasi, periksa darah dan rontgen untuk keperluan operasi sudah dilaksanakan, hanya menunggu tanggal masuk kamar RS. Segera...

Namun, apadaya gempa Lombok melanda, gempa pagi 6,4 SR membuat saya keder untuk opname karna gedung RS yang lumayan besar dengan lokasi inap saya di lantai 3, alhamdulillah, ada hikmahnya, saat gempa 5 Agustus 2018 sebesar 7 Skala Richter ataupu pad 9 Agustus 2018 sebesar 6,2 SR atau 22 Agustus 2018 sebesar 6,5 SR dan 7 SR, saya aman dari berlarian di gedung RS saat gempa sehabis operasi (seharusnya waktu itu) ataupun mengungsi dalam kondisi pasca operasi. Gak bisa kebayang ya Alah, sayangnya Allah ke kita...

2019
Setahun setelah operasi dengan segenap keberanian, bismillah, kita operasi.
kali ini setelah mempertimbangkan, operasi direncanakan dengan lebih matang, mulai dari persiapan hati baju dan yang paling penting, dana...

Operasi yang saya lakukan di cover oleh BPJS, kelas yang saya dapat adalah kelas 2, alhamdulillah semuanya lancar. Di luar dari tanggungan BPJS, obat yang saya gunakan adalah obat paten. Antibiotik + Penghilang nyeri, selain itu saya butuh perawatan luka, karna luka operasi saya dipasangi selang selama 1 minggu pasca operasi untuk mengeluarkan cairan. Rasanya?! wowww sekali. Pas operasi kita dibius sehingga tidak rasa apa2, namun ketika perawatan luka operasi saya harus dikeluarkan cairannya dari selang dan di evaluasi oleh dokternya setiap hari, sampai kering tak ada cairan lagi. Disini, perawatan dilakukan oleh perawat khusus dari dokter yang datang sekaligus menganti perban, disini ada biaya alat dan transportasi yang harus disediakan.

Saya di rumah sakit hanya 4 hari, alhamdulillah, tidak lemas dll. Karena makan dan obat tidak pernah di-skip. Hehe..

2 minggu setelah operasi baru perban dibuka, tidak ada masalah apa2 karna dokter juga bilang jika luka mengering dengan baik. Kok lama ya perbannya dibuka?! Bisa jadi (pendapatku) karna tumornya di dalam, bukan dekat kulit tapi dekat tulang iga, maka luka di dalam lebih banyak, as always positive thinking, karna dokternya lebih paham maka saya percayakan semua perawatan dan obat dari beliau. Setelah lepas perban, dana terakhir yang dikeluarkan adalah salep kulit, untuk mengeringkan, menghilangkan dan juga sebagai antibiotik untuk penyembuhan luka yang saya alami. Salep kulit yang saya gunakan pula adalah salep paten.

Berapa jumlah dana yang saya keluarkan?!
Obat Antibiotik (Rp. 300.000,-)+ Penghilang Nyeri (Generik) + Salep Kulit (Rp. 400.000,-)
Untuk perawatan bervariasi, tergantung perjanjian dengan perawat, but after all, perawatan yg saya terima memang khusus dari perawat dokter sehingga lebih higienis dan jelas walaupun biayanya memang lebih mahal. Hasil dari pengobatan juga lebih baik.
Untuk jumlah biaya, semuanya bervariasi, jumlah dana tersebut di luar dana lain-lain yang pastinya mengiringi pembiayaan ketika sakit.

3 minggu setelah saya operasi, saya mulai bawa mobil, walaupun hanya sebentar dan sambil pegal-pegal. Saat ini, sekali-kali untuk membawa motor, namun sepertinya motor lebih butuh waktu dan effort menggingat membawa motor harus dengan keseimbangan.

Berapa lama saya istirahat di rumah? dua minggu
Saran saya, istirahat dengan baik dan makan makanan sehat, agar segera sembuh.

Juga, 
Latih badan untuk bergerak kembali. Karna bius total saat operasi menimbulkan 'mati sejenak' untuk badan sehingga jangan makan ataupun minum sebelum diminta/ diperbolehkan oleh dokter. Mengingat setelah operasi, efek bius masih di badan selama beberapa jam. Setelah operasi, maka istirahat dengan baik, jangan terlalu cepat lelah selama badan masih butuh pemulihan. setelah perban dilepas, belajarlah untuk berjalan dan beraktifitas normal. jika lelah, maka istirahat dan aktivitas kembali ketika sudah pulih.

Perjalanan panjang pulih.
Dan masih panjang di depan, untuk belajar dan belajar lagi hidup sehat.
Walau tumor dikatakan tanpa penyebab makanan ataupun lainnya, hanya karna hormon, namun berpantang saja makan makanan sampah yang mengganggu badan, mulai untuk mengurangi instant dan junk food dengan pemanis, pewarna, perasa buatan. Olahraga juga diperlukan dan yang juga penting adalah kesehatan mental dengan pikiran yang baik.

Sekian...
Semoga membantu ....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar ...

Satu Buku yang Harus kamu baca Sebelum 2021 Berakhir!